-

About

javascript:void(0)

Selasa, 24 Januari 2012

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyhur.
Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi
yang bukan Rasul ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi

dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu,
pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi,
“Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menuju ke barat.
Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah,
kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah,
keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat
dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam.

Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan pertama yang aku hadapi,
tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya.
Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar roti.
Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya.
Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu.
Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Dia teringat akan pesan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali
sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya.
Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar lagi. Nabi itu pun menanamkannya lagi

sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu.”
Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa dia sadari mangkuk emas itupun keluar lagi
dari tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat seekor burung elang sedang mengejar
seekor burung kecil.

Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Alloh, tolonglah aku.”
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu
dan dimasukkan ke dalam bajunya.
Melihat keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu
sambil berkata, “Wahai Nabi Alloh, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu
sejak pagi tadi.
Oleh karena itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”
Nabi itu teringat pesan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan.
Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu.
Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong
sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu.
Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan

dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi itu meneruskan perjalannya.
Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya,
maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan dengan bau yang menyakitkan hidungnya.

Setelah menemui kelima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya.
Pada malam itu, Nabi pun berdoa, dalam doanya dia berkata,
“Ya Alloh, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu
di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini.”
Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Alloh S.W.T. bahwa,
“Yang pertama engkau makan itu ialah marah.
Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar
dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis

daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua.
Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya
meskipun kau sendiri membutuhkan.
Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang).
Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.”

Saudara-saudaraku, kelima kisah ini hendaklah kita tanamkan dalam diri kita,
sebab kelima perkara ini senantiasa berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari.
Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengghibah hal orang,
memang menjadi tabiat seseorang ialah suka membicarakan hal orang lain.
Haruslah kita ingat bahwa membicarakan hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita,
sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Alloh
akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya.
Lalu dia bertanya, “Wahai Alloh, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini
tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu.”
Maka berkata Alloh S.W.T., “Ini adalah pahala orang-orang  yang mengghibahi tentang dirimu.”
Dengan ini haruslah kita sadar bahwa walaupun apa yang kita katakan itu memang benar,
tetapi berghibah itu akan merugikan diri kita sendiri.
Oleh karena itu, hendaklah kita jangan membicarakan hal orang walaupun ia benar.

0 komentar:

Posting Komentar