-

About

javascript:void(0)

Kamis, 19 Januari 2012

Sukses adalah pilihan


Al-jaddu bil jiddi, wal hirmanu bil
kasali Fanshob tushib an qoriibin ghoyatal
‘amali. Kesuksesan akan didapatkan
dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi akibat
kemalasan Bersungguh-sungguhlah maka kamu akan mendapatkan
dengan segera apa yang kamu cita-citakan. Kesuksesan adalah kata yang
menjadi harapan bagi semua orang. Hampir setiap orang didunia ini
berbuat sesuatu demi mencapai
kesuksesan, bahkan terkadang seseorang
mengorbankan apapun untuk
mencapai kesuksesan yang ia idam-idamkan. Setiap orang dalam hidup ini
mempunyai berbagai keinginan. Keinginan itu bisa berbentuk mimpi,
angan-angan atau cita-cita yang ia
bangun dalam pikirannya. Keinginan itu tumbuh seiring dengan
pergaulan, pendidikan, dan
perkenalan dengan lingkungan yang
melingkupinya. Pada perkebangannya, sebagian
orang mampu mewujudkan berbagai
keinginan itu, sementara sebagian lain tidak
mampu mewujudkan keinginan itu, dan hanya menjadikan keinginan itu
sebagai khayalan yang terkadang
jauh dari kenyataan. Sukses adalah ketika orang mampu
mewujudkan apa yang ia inginkan, seseorang yang bercita-cita ingin
menjadi dosen misalnya, disebut
sukses ketika ia mampu mewujudkan keinginannya itu dan
menjadi dosen, disitulah kesuksesan
dirinya. Begitu juga orang yang bercita-cita
ingin punya rumah, ketika ia mampu
mewujudkan rumah tersebut, ia bisa
mendefinisikan dirinya sebagai orang
yang sukses. Kriteria sukses masing-masing orang
berbeda, sangat tergantung pada
keinginan dan cita-cita masing-masing. Seseorang yang telah berhasil
mencapai sesuatu bisa jadi dianggap
orang lain belum mencapai apa-apa. Perbedaan pandangan ini
sebenarnya sesuatu yang wajar
terjadi karena perbedaan pola pikir masing-masing orang. Masalahnya, terkadang orang
mengharapkan kita untuk bisa
mencapai kesuksesan sebagaimana orang lain
mencapainya. Orang menuntut kita menjadi orang
lain yang sebenarnya bukan
keinginan dan impian kita, akibatnya bukannya kita bahagia
dengan pencapaian yang telah kita
dapatkan, sering kali harapan itu malah menjadi
beban yang memberati kita. Orang tua misalnya, sering kali
mendefinisikan kesuksesan anak-
anaknya menurut gambaran mereka sebagai orang
tua, sehingga terkadang terlalu
memaksakan kehendak dan harapan mereka
kepada anak-anaknya. Akibatnya sering terjadi kesalah
pahaman dan hubungan yang tidak
baik antara anak dan orang tua karena
perbedaan pandangan ini. Orang tua menginginkan A,
sementara si anak menginginkan hal
yang berbeda. Ada dua kemungkinan yang bisa
terjadi dalam hal ini, bisa saja si anak
menerima dan mengikuti keinginan orang tua,
tetapi hal itu dilakukan dengan
terpaksa. Orang tua menginginkan anaknya
untuk kuliah di Fakultas Hukum
misalnya, sementara sang anak menginginkan
kuliah di Fakultas Ekonomi. Mungkin saja si anak mengalah
karena tidak memunyai biaya kuliah, dan menamatkan sarjana di Fakultas
Hukum, tetapi hal itu dilakukan tidak dengan sepenuh hatinya. Pencapaian itu kemudian tidak
bermanfaat, pekerjaan yang tidak
dilakukan dengan sepenuh hati tidak akan bisa
menghasilkan produktifitas yang
maksimal. Karena setiap orang mempunyai
definisi yang berbeda-beda tentang
kesuksesan, setiap orang perlu mendefinisikan
apa arti sukses menurut dirinya
sendiri. Mungkin kita perlu mendiskusikan
dengan rekan atau pasangan
sekalipun, tetapi tetap saja karena kita yang
mengetahui kondisi kita secara baik, kita sendirilah yang perlu
mendefinisikan sukses versi kita. Menariknya, sebagai makhluk yang
mempunyai pikiran, manusia diberi
pilihan, apakah ingin sukses atau tidak. Manusia hanya diberi petunjuk jalan
bahwa jika ingin sukses, ia perlu
bekerja keras untuk mencapai kesuksesan
tersebut, tetapi jika ia tidak mau
sukses, biarlah kemalasan meliputi hari-
harinya. Mungkin didunia ini tidak ada
seorangpun manusia yang tidak mau
sukses, tetapi untuk bekerja keras memang
tidak semua manusia mau
melakukannya. Disinilah yang membedakan satu
orang dengan yang lainnya, kesuksesan seseorang sangat
tergantung pada kerja keras yang ia
lakukan, semakin keras bekerja, akan semakin
dekat pada kesuksesan yang ia
impikan. Apakah untuk mencapai kesuksesan
itu dibutuhkan kerja keras ? Bukankah dalam beberapa tahun
terakhir muncul istilah “Kerja
Cerdas” ? Kerja cerdas mengindikasikan bahwa
seseorang harus mampu
memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya
dalam bekerja, sehingga bisa
menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi. Kerja cerdas bukanlah kebalikan dari
kerja keras, kerja cerdas tetap
membutuhkan kerja keras dengan kuantitas yang
sama besar, sehingga mampu
menghasilkan produktifitas yang lebih besar. Kerja cerdas tidak mengindikasikan
bahwa kesuksesan bisa diraih dengan berleha-leha dan bemalas-
malasan. Kerja cerdas adalah berpikir kreatif
dan inovatif agar kerja keras yang
kita lakukan membuat produktifitasnya lebih
meningkat. Tidak ada kompromi apapun, bahwa
kesuksesan hanya bisa diraih melalui
kerja keras. Cobalah tanya pada orang-orang
yang kita anggap sukses disekitar
kita, saya yakin sekali tidak ada
seorangpun diantara mereka yang
menggapai kesuksesan dengan mudah. Semuanya harus dilalui dengan
berbagai rintangan dan kerja keras
yang harus dilakukan. Seorang penyanyi yang ingin tampil
prima pada saat tampil dipanggung
misalnya, harus bekerja keras, berlatih fisik
selama berjam-jam setiap hari dan berlatih vocal terus menerus
agar kualitas suara dan
penampilannya tetap terjaga. Demikian juga seorang presenter
handal yang harus mempersiapkan
bahan-bahannya dengan serius agar apa yang ia
sampaikan bisa diterima oleh hadirin dengan baik dan memuaskan. Tidak ada kesuksesan dalam
berbagai profesi di dunia ini yang
tidak mengandalkan kerja keras, karena itulah pilihan
tergantung kita sekarang. Mau sukses…berarti kita harus
bekerja keras, atau mau biasa-biasa
saja…?

0 komentar:

Posting Komentar