-

About

javascript:void(0)

Rabu, 01 Februari 2012

ALLOH JALLA JALAALUH

Kalau bukan karena cinta, masakan dunia wujud dari tiada.
Kalau bukan karena rindu, masakan manusia menyahut seruan.
Manusia dan kehidupan, punya makna dan penghayatan.
Itulah antara hakikat yang tidak dapat dinafikan.

Alloh SWT menciptakan seluruh alam ini, karena kasih-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya.
Alloh SWT memberi kemudahan kepada manusia dalam lapangan kehidupan,
agar kehambaan mereka mudah terlaksana.
Penghulu makhluk yang paling dicintai-Nya adalah Rosululloh SAW,
penghulu para perindu,
Nilai cinta Alloh, ada dalam diri setiap zarrah.
Namun bagi yang terus lalai, dirinya sendiri itulah yang tiada nilai.
Bagi yang terus mendustai kebenaran, dirinya sendiri itulah yang menuju kemusnahan.
Alloh SWT menganugerahkan kepada manusia akal dan pikiran,
supaya berpikir dalam mencari kebenaran.
Kebenaran itu lebih dekat dengan dirinya dari pada dirinya sendiri.

Kebenaran abadi adalah dibalik setiap gerak diam setiap kewujudan,
ada yang Maha Pentadbir yang menggerakkan dan mentadbir setiap urusan.
Seseorang yang dahaga, lalu meminum air dari telaga, tanpa menyaksikan disebaliknya
ada yang Maha Pencipta, niscaya dia akan terus terlengah dengan keakuan dirinya.
Tetapi bagi mereka yang menyaksikan diri senantiasa dengan Alloh SWT dalam setiap
gerak dan tindakan, pasti mengerti akan hakikat kewujudan.
Apabila dia dahaga, dia tahu bukan dialah yang akan menghilangkan dahaga tersebut,
dia juga tahu bukan airlah yang menghilangkan dahaga.
Tetapi Alloh lah yang terus menerus memberi nikmat dan bantuan kepadanya,
bahkan kepada setiap insan untuk terus hidup.
Dia faham kalau bukan Alloh SWT yang menciptakan air, maka dia juga tidak dapat
minum untuk menghilangkan dahaga.
Kalaulah disana ada air, tetapi Alloh SWT tidak memberi keupayaan dalam dirinya
untuk bergerak, seperti lumpuh dan sebagainya, maka dia juga tidak dapat
mengambil manfaat dari air tersebut karena tidak mampu bergerak untuk mengambil air.
Kalaulah ada air dan kekuatan, tetapi air tersebut diciptakan oleh Alloh sebagai air
yang tidak menghilangkan dahaga seperti air laut, maka niscaya dia juga tidak dapat
menghilangkan dahaga, walaupun ada kekuatan dan ada air.

Maka hakikat ini akan membawa seseorang kepada menghayati disana adanya
Alloh…Alloh…Alloh…di sebalik setiap wujud.
Hidup ini berkaitan dengan mencari arti, hidup ini berkaitan dengan memberi bakti.
Itulah risalah ketuhanan dalam makna kehambaan dan khilafah.
Dengan kehambaan, seseorang perlu terus mencari arti hubungan dengan Tuhannya,
lalu menunaikan makna kehambaannya kepada Tuhannya,
sehingga mencapai keridhoan dari Tuhannya.
Dengan peranan sebagai khilafah, seseorang perlu berinteraksi dengan alam
sekeliling secara adil, dalam rangka untuk menunaikan tugas
kehambaannya kepada Tuhannya.
Dia perlu menjaga alam ini, memakmurkan alam ini dan menjadikan alam ini
sebagai tempat untuk menunaikan kehambaan makhluk kepada Tuhan Maha Pencipta.
Dalam diri manusia yang berperanan itu juga, ada peranan cinta Alloh SWT
dalam menterjemahkan hakikat ketuhanan-Nya melalui kelembutan-Nya yang abadi.
Dalam setiap ketentuan-Nya, melalui pandangan kebersamaan Alloh,
seseorang dapat melihat akan kelembutan-Nya (Lathif).
Dalam pentadbiran kewujudan makhluk-Nya, melalui hati yang dipenuhi Cahay Ihsan,
seseorang akan menghayati kebijaksanaan-Nya (Hikmah).
Alloh SWT itu lebih dekat kepada makhluk-Nya berbanding makhluk-Nya
kepada diri mereka sendiri, karena tanpa-Nya tiadalah makhluk itu sendiri.
Keakuan makhluk hanya terlahir dipandangan semu makhluk tersebut,
tatkala hijab melingkari hati dari menyaksikan keagungan Alloh SWT
dan ketuhanan-Nya di sebalik yang wujud. Bukalah mata dan saksikanlah cinta….
Islam mengajarkan arti kehambaan, namun hakikat kehambaan itulah
hakikat diri kita sejak diciptakan.
Dengan mengamalkan Islam, berarti kita menterjemahkan arti kehambaan kita.
Dengan mengukuhkan keimanan, berarti kita menterjemahkan nilai-nilai kehambaan kita.
Dengan anugerah Ihsan, berarti kehambaan kita diterima-Nya…
Alloh…..Alloh…..Alloh…..

Manusia makin menuju mati, baik merindui-Nya atau mengkhianati-Nya.
Kepada yang terus lalai dari mempersiapkan diri untuk menemui-Nya,
maka antara dia menipu dirinya sendiri atau dirinya tertipu dengan dirinya sendiri.
Kedua-duanya adalah kecelakaan dalam kecelakaan.
Dunia ini, makin banyak yang dihimpun, makin banyak yang ditinggalkan.
Dunia ini, makin tamak manusia mengejarnya, makin terbeban untuk meninggalkannya.
Dunia ini, nilainya pada kehambaan, dunia ini artinya pada kemerdekaan jiwa
dalam menunaikan ketaatan kepada Alloh SWT yang Maha Mencipta.

Jalan ini, jalan cinta…jalan cinta menyaksikan yang dicinta tanpa pencinta.
Nilainya pada kebersamaan, keagungannya pada keridhoan.
Seseorang itu sempurna bukan karena banyaknya amalan,
tapi sempurna di sisi-Nya karena Dia meridhoinya.
Jalan keridhoaan Tuhan bukan bergantung kepada amalan, tetapi sejauh mana
seseorang menghayati bahwa setiap amalan yang dikerjakannya adalah dari Tuhan.
Amal dengan keakuan, itulah pengkhianatan.
Syukur melalui amalan itulah kehambaan.
Alloh…..Alloh…..Alloh…..
Nabi Muhammad SAW, …Rosululloh, itulah seagung-agung qudwah dan tauladan.

0 komentar:

Posting Komentar