-

About

javascript:void(0)

Minggu, 19 Februari 2012

EMPAT PINTU MENUJU ZINA

Semua anggota tubuh kita berpeluang melakukan zina.
Zina mata berupa pandangan.
Zina lisan berupa ucapan.
Jiwayang berharap dan menginginkan.
Kemaluan yang membenarkan atau mendustainya.

Perilaku zina tak langsung terjadi begitu saja. Ada tahapan yang mengawalinya.
Tahapan-tahapan itu ibarat tangga yang bisa mengantarkan seseorang pada perilaku maksiat.
Ada beberapa tahapan yang bisa menjadi jebakan seseorang hingga terjerumus pada perzinaan.

Pertama, al-Lahazhot (pandangan mata). Ini merupakan gerbang utama menuju zina.
Orang yang melepaskan pandangannya tanpa kendali, bisa terjerumus pada jurang kebinasaan.
Dalam musnad Imam Ahmad, di riwatkan dari Rosululloh SAW,
Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah  iblis.
Barang siapa yang memalingkan pandanganya dari kecantikan wajah seorang wanita,
maka Alloh akan memberikan di hatinya kelezatan sampai hari kiamat.”

Pandangan bisa menjadi muara musibah yang menimpa manusia.
Pandangan akan melahirkan lintasan dalam benak, pikiran dan syahwat.
Dari syahwat inilah timbul keinginan.
Keinginan ini menjadi kuat dan berubah menjadi niat yang bulat.
Akhirnya, yang sebelumnya hanya melintas dalam pikiran menjadi kenyataan.
Karena ujung pangkalnya perbuatan zina yang keji ini adalah pandangan mata,
maka Alloh mendahulukan perintah untuk memalingkan pandangan mata
sebelum perintah untuk menjaga kemaluan (QS. An-Nuur: 30-31).

Banyak musibah yang asalnya hanya pandangan.
Bak kobaran api yang besar, mulanya berasal dari kobaran api yang kecil.
Awalnya hanya pandangan, kemudian khayalan, lalu tingkah nyata, dan terjadilah zina.
Ironisnya, justru pintu ini yang sekarang banyak yang terbuka lebar.
Maraknya tayangan televisi yang mengumbar aurat, kian menjamurnya para remaja
yang berpakaian minim, menjadi celah besar yang bisa menjerat pandangan menuju zina.
Di sinilah hikmahnya, mengapa Alloh mewajibkan Muslimah menutup aurat.

Kedua, al-Khothorot (khayalan). Dari sinilah lahirnya keinginan untuk melakukan
sesuatu yang akhirnya berubah menjadi sesuatu yang bulat.
Siapa yang mampu mengendalikan pikiran yang melintas di benaknya,
niscaya ia mampu mengendalikan diri dan nafsunya.
Sebaliknya, orang yang tak bisa mengendalikan pikiranya,
hawa nafsunyalah yang berbalik menguasainya.

Pikiran itu akan terus melintas dalam benak dan hati seseorang.
Sehingga akhirnya akan menjadi angan-angan tanpa makna.
Orang yang paling buruk cita-citanya dan paling hina adalah orang yang merasa puas
dengan angan-angan kosong.
Dia pegang angan-angan itu untuk dirinya dan dia pun merasa bangga dan senang.
Padahal, angan-angan kosong adalah modal orang-orang pailit
dan dagangan para pengangguran serta makanan pokok bagi jiwa yang kosong.

Angan-angan lahir dari sikap malas dan tidak mampu.
Ia melahirkan sikap lalai yang selanjutnya berbuah penderitaan dan penyesalan.
Orang yang menjadikan angan-angan sebagai pelampiasan nafsunya,
akan mengubah gambaran realita yang dia inginkan, mendekap, memeluknya erat-erat.
Selanjutnya ia akan puas dengan gambaran palsu yang dikhayalkannya itu.
Padahal semua itu tidak akan membawa manfaat.
Sama seperti orang lapar yang menghayalkan makanan yang enak
tapi tidak pernah bisa mengenyangkannya.
Para pemuda muslim kini banyak yang di bujuk dan di matikan inovasinya
dengan khayalan-khayalan kosong.
Maraknya hadiah ratusan juta rupiah, membuat anak generasi muda
menjadi generasi pengkhayal.
Keadaan ini di perparah dengan menjamurrnya tayangan sinetron remaja
yang mengumbar aurat, kesenangan dan hedonistis.
Padahal, semua itu hanya ada dalam dunia maya yang tak mungkin bisa memuaskan.

Ketiga, al-Lafazhot (kata-kata atau ucapan). Kalau ingin mengetahui apa yang di dalam hati
seseorang, maka lihatlah ucapannya.
Ucapan itu akan menjelaskan apa yang ada di dalam hati seseorang.
Yahya bin Mu’adz memaparkan, hati bagaikan panci yang sedang menggodok
apa yang ada di dalamnya. Lidah bagaikan gayungnya. Perhatikanlah seseorang saat dia berbicara.
Lidah orang itu sedang menciduk apa yang ada di dalam hatinya,
manis atau tawar atau asin.
Nabi SAW. pernah di Tanya tentang hal yang paling banyak memasukan orang ke dalam neraka.
Beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan,” (HR At-Tirmidzi)
Mu’adz bin jabal pernah bertanya kepada Nabi SAW. terntang amal apa yang dapat memasukan
orang kedalam surga dan menjauhkan nya dari neraka.
Lalu Nabi SAW. memberitahukan tentang pokok, tiang, dan puncaknya yang paling tinggi
dari amal tersebut, setelah itu beliau bersabda, “bagaimana kalau aku beritahu pada kalian
inti dari itu semua ?” Dia berkata,” Ya , wahai Rosululloh.” Lalu Rosululloh memegang lidahnya sendiri dan berkata, jagalah olehmu yang satu ini.”
Maka Mu’adz berkata,”Adakah kita bisa di siksa karena apa yang kita ucapkan ?”
Beliau menjawab, “ibumu kehilangan engkau ya Mu’’adz, tidaklah yang dapat menyungkurkan
banyak manusia ke atas wajah mereka (ke neraka) kecuali hasil (ucapan) lidah-lildah mereka ?”  
(HR At-Tirmidzi)

Abu Bakar Ash-Shidiq pernah memegang lidahnya dan berkata, “inilah yang memasukkan aku
ke dalam berbagai masalah.”
Ucapan adalah tawanan, jika sudah keluar dari mulut berarti andalah yang menjadi tawanannya.
Alloh selalu memonitor lidah setiap kali berbicara, “Tak satu ucapan pun yang di ucapkan kecuali ada
di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” (QS. Qof: 18)

Pada lidah itu terdapat dua penyakit besar.
Jika seseorang selamat dari salah satu , maka dia tidak bisa lepas dari penyakit satunya lagi.
Yaitu, penyakit berbicara dan penyakit diam.
Dalam satu kondisi, bisa jadi salah satu dari keduanya akan mengakibatkan dosa
yang lebih besar dari yang lain.
Orang yang diam terhadap kebenaran ibarat setan yang bisu.
Orang yang berbicara dengan kebatilan, adalah setan yang berbicara.
Maraknya lagu-lagu yang bertema cinta, bualan kosong sejenisnya, melengkapi langkah setan
dalam menjerumuskan manusia.
Di tambah lagi dengan maraknya acara gosiptaiment dari hari ke hari, makin menambah celah
dan perangkap setan untuk menggiring manusia garapannya menuju dosa..

Keempat, al-Khothowat (langkah kongkret dalam suatu perbuatan).
Ini merupakan ujung dari ketiga langkah tersebut di atas.
Mata yang sudah terbiasa melihat kemaksiatan akan melahirkan angan-angan kosong.
Khayalan akan melahirkan kata-kata yang jorok dan gosip murahan.
Semua itu berakhir dengan tindakan konkret berupa perzinaan, pergaulan bebas
dan seabrek perilaku maksiat lainnya.

Perilaku zina tak semata terjadi ketika dua alat kelamin bertemu.
Semua anggota tubuh berpeluang untuk melakukan zina.
Dari Abu Hurairoh Rosululloh SAW. bersabda : “Sesungguhnya Alloh telah menetapkan
bagi anak cucu Adam bagian dari zina, yang ia pasti mengetahuinya.
Zina mata berupa pandangan, zina lisan berupa ucapan, jiwa yang menginginkan
dan mengharap. Dan kemaluan yang membenarkan atau mendustainya,”
(Muttafaqun ‘alayhi).

0 komentar:

Posting Komentar