-

About

javascript:void(0)

Minggu, 29 Januari 2012

ADA KULIT ADA ISI

Ada siang ada malam, ada pagi ada sore, ada lelaki ada wanita dan ada-ada aja…
“Innii  Anaa  Robbuka  fakhla’  na’layka, innaka bilwaadil muqoddasi thuwa.”
Sesungguhnya Aku ini Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,
sesungguhnya engkau kini sudah berada di lembah suci thuwa. (QS. Thoha : 12)

Itulah ‘kulit’, terjemah, translate, pemaknaan atau artinya, lantas apakah maksud dari
ayat tersebut..hanya sesuai yang termatubkah ? Alloh SWT memerintahkan kita
menanggalkan terompah ? dimanakah sebenarnya lembah suci Thuwa ?
apakah ini simbolis ataukah nyata ?
Nah jelas sudah, berarti ada  KULIT  ada  ISI, ada yang tersurat dan ada juga yang tersirat.
Berpasangan alangkah indahnya, yang jadi pertanyaan kenapa ada ayat-ayat yang tersurat
sebagai simbolis ? diajarkankah ayat-ayat tersebut kepada para utusan-Nya ?
Saya jadi teringat ada seorang guru yang manakala disekolah mengajar secara umum,
namun juga mengadakan les private yang memerlukan waktu ekstra
dan dapat memberikan secara detil mata pelajaran tersebut.
Samakah hal-hal yang demikian dengan hal-hal yang diatas ? Wallohu a’lam.
Adakah sama juga bahwa Rosululloh SAW memberikan les private kepada sahabatnya
wa bil khusus kepada Khulafaur Rosyidin ? Hanya Alloh dan Rosul yang tahu.
Seorang murid yang mengikuti les private pasti akan berbeda menyikapi
sebuah mata pelajaran yang diberikan oleh sang guru dibanding seorang murid
yang hanya mendapatkan pelajaran secara umum.
Wah kalo begitu Nabi nggak adil dong ? (Lupa ya..? Alloh juga membedakan
pelajaran Tauhid kepada para Mursaliin), jadi secara tidak langsung men cap
bahwa Alloh juga turut serta tidak berlaku adil dong…
Alloh SWT itu Maha Adil, Maha Bijaksana…DIA Maha Mengetahui apa-apa
yang mampu atau tidaknya seorang hamba untuk mengemban amanat-Nya.
Apakah ADIL itu berkonotasi membagi sama rata, sama rasa ?
Ada sebuah cerita, seorang kyai mempunyai dua orang isteri, isteri pertama telah dinikahi
selama sepuluh tahun, sedangkan isteri kedua baru berjalan selama sepuluh bulan.
Suatu hari sang kyai mempunyai hajat ingin memberikan masing-masing isterinya
sebidang tanah yang luas seluruhnya sekitar 1.100 meter.
Kyai tersebut memberikan tanah seluas 1000 meter kepada isteri pertama
dan 100 meter kepada isteri keduanya, tentu saja hal ini membuat protes isteri kedua
yang merasa lebih disayang, lebih dimanja oleh sang kyai. (maklum masih gres)
Sang kyai hanya tersenyum saja menerima protes tersebut,
beliau berujar, “Dalam hal ini isteri pertamaku telah mengabdi kepadaku
dan telah mengarungi pahit getirnya kehidupanku selama sepuluh tahun,
sedangkan kamu baru saja bersamaku selama sepuluh bulan, adilkah jika aku
membagi sama rata tanah itu denganmu ?”
Sang isteri kedua pun dapat menerima keputusan kyai dengan tulus dan dapat dimengerti.

Kembali kepada ayat tersebut diatas dapat diartikan maksud dan tujuannya melalui
sebuah ‘les private’ yang jalurnya dari Rosul SAW kepada Sayyidina Ali karomallohu Wajhah.
Sesungguhnya AKU ini Tuhanmu, (jelas dan tidak terbantahkan)
Maka tanggalkanlah terompahmu, melepaskan/mematikan seluruh hawa nafsu kecuali DIA
Sebab engkau kini sudah berada dilembah suci Thuwa, yaitu Qolbun Salim yang mana
dahulu pernah bermusyahadah saat ditiupkan Ruh-Ku kepada jasadmu.
Sang Maha Suci hanya akan bisa ditemui oleh yang suci pula.
Demikianlah segelintir apa yang tersirat dari ayat tersebut, adapun detil dan tata cara
penjabaran dari karakter ayat tersebut dapat dipelajari dimasing-masing thoriqohnya,
walaupun nantinya metode berbeda namun akan sampai kepada tujuan akhir yang sama.

Demikianlah sekelumit keterangan dari Raden Mas Akoe Sinten Nyono,
keterbatasan ada padaku sedangkan luasnya ilmu ada pada-NYA.

0 komentar:

Posting Komentar